Pantun Banjar: Dari Pasar sampai Krisis BBM

Hj. Ratna tidak tiba-tiba begitu saja menulis Pantun berbahasa Banjar. la melalui proses penjaringan program Baturai Pantun TVRI Kalimantan Selatan TV-nya urang Banua, yang saya (penulis) program, tak henti-hentinya sejak tahun 2002. Tayangan Baturai Pantun TVRI Kalimantan selatan tersebut satu kali dalam seminggu dengan pembawa acara kondang John Tralala (M.Yusran) bersama Anang Rusliansyah serta Hj. Ely Rahmi, S.Sos, MM, dengan penulis dan juri lomba interaktif tetap H. Adjim Arijadi, B.Sc, Datu Mangku Adat Kesultanan Banjar. Dari rubrik tayangan inilah proses awal Hj. Ratna menyukai pantun dan mengirimkan gubahan pantunnya ke TVRI Kalimantan Selatan dengan berkali-kali meraih kemenangan, pada akhirnya saya beri kesempatan kepadanya menampilkan diri dan gubahan pantunnya dalam tayangan Baturai Pantun membawa komunitas atas nama sekolah siswa siswi SMPT dan mahasiswa/l kampus UVAYA Banjarmasin dan Banjarbaru. Pantun berbahasa Banjar benar-benar terapresiasi cukup kental dan akrab di kalangan masyarakat Banua Banjar. Kemudian kalau menoleh kepada hasil gubahan pantun yang terdokumentasikan, lewat TVRI Kalimantan Selatan bisa diinventarisir sebagai berikut. Dalam satu minggu siaran, rata-rata gubahan pantun 30 bait + 15 bait+ 50 bait mencapai 95 bait pantun. Dalam satu bulan ada 4 x 95 bait, berjumlah 400 bait x 12 bulan, kalikan sejak 2002 sampai sekarang. Sungguh luar biasa gubahan karya pantun anak banua. Dan sekarang sudah ada yang mulai peduli untuk membukukannya, yakni Hj. Ratna, yang punya peluang sampai terbitnya Buku Pantun berbahasa Banjar. Inilah harta warisan budi luhur Budaya Banjar yang lebih mahal dari sebuah mahkota kerajaan atau bukit batu merah borneo yang jadi rebutan. (H. Adjim Arijadi, B.Sc, Datu Mangku Adat)