Pengetahuan Lokal

Buku ini membangkitkan ingatan kabur atau bahkan hangus pada banyak orang tentang kehidupan yang digambarkan sebagai Gemah Ripah Loh Jinawi tata tentrem kerta raharja yang menggambarkan kesejah-teraan material dan kesejahteraan spiritual terpenuhi secara imbang di tengah alam yang terjaga sebagai bagian dari kehidupan yang harmonis di mana hal itu dicapai dengan saling menjaga batas lokalitas seperti ungkapan deso mowocoro negoro mowototo (desa menjalankan tradisi, dan negara menjaga aturan). Dengan kata lain, tidak ada upaya mendominasi semua hidup dalam pengabdian sesuai etika menahan diri dengan kesadaran penuh bahwa hanya dengan bersikap demikian kesejahteraan material bersambung dengan kesejahteraan spiritual.

Apakah ingatan seperti itu masih relevan dibangkitkan atau disuarakan? Saya kira jawabannya afirmatif. Kebutuhan untuk mengingat lagi dan men-coba mengais makna untuk dibawa pada kehidupan modern yang buntu sangat terasa. Bayangkan saja, pertanian modern yang mengerahkan banyak sumber-daya tidak berhasil mencukupi kebutuhan sehingga banyak negara kelaparan, dan atau mengimpor pangan untuk hidup. Demikian juga begitu banyak dan panjang jalan dibangun tapi tetap saja manusia hanya memperoleh jalan yang bening, tapi kehilangan aksesibilitas karena macet terjadi di mana-mana. Dengan contoh-contoh sederhana itu, yang bisa terus dikembangkan, kita menyadari bahwa pengetahuan modern yang universal, pendekatan-pendekatan yang bersifat global, tidak berhasil menjadi panasea untuk persoalan-persoalan di negara dan desa yang berbeda di berbagai pelosok dunia.