Duri-duri Angin Tebing
Data Buku
Judul: Duri-duri Angin Tebing
Penulis: Ali Syamsudin Arsi, Gusti Indra Setyawan, Masdulhak Abdi, Taberi Lipani
ISBN: 978-602-0950-12-9
Cetakan I: April 2015
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 156 halaman
Tahun: 2015
Tentang Duri-duri Angin Tebing
Duri-duri Angin Tebing berisi 109 puisi karya penyair kelahiran Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, yaitu 27 puisi karya Ali Syamsudin Arsi, 26 puisi Gusti Indra Setyawan, 31 puisi Masdulhak Abdi, dan 25 puisi Taberi Lipani. Keempat penyair yang kini tinggal di kabupaten yang berbeda (Ali di Banjarbaru, Gusti di Tanjung, Masdulhak di Tabalong, dan Taberi Lipani tetap di Barabai), membulatkan tekat untuk mempertemukan karya mereka dalam satu antologi.
Di sini Ali lebih banyak mengekspresikan empatinya atas kerusakan lingkungan Kalimantan beserta kebudayaannya dengan puisi bernada provokatif dan motivatif. Meskipun demikian ia tetap menyisipkan puisi bertema cinta. Berbeda dari puisi Ali, puisi Gusti lebih banyak mensyukuri kebaikankebaikan lingkungan hidup di sekitarnya yang harmonis dan romantis. Meskipun demikian beberapa puisinya juga mencoba bicara tentang kerusakan lingkungan. Namun, Gusti lebih tertarik untuk mengangkat persoalan-persoalan personal internal daripada sosial eksternal. Masdulhak melengkapi tafsir penyair sebelumnya tentang lingkungan dan hubungan interpersonal dengan puisi religi. Taberi menutup antologi ini dengan ekspresi puitis tentang cinta yang lebih bernuansa pengalaman pribadi. Meskipun demikian, puisi bertema religi dan lingkungan hidup masih ia hadirkan. Angin tampak menjadi salah satu metafor yang ditafsirkan dengan intensif oleh keempat penyair tersebut.
Angin merupakan salah satu unsur penting pembentuk cuaca. Metafora angin menghasilkan puisi yang agitatif, kontemplatif, sugestif, dan bahkan pesimistik. Scripta Cendekia mengucapkan terima kasih dipercaya untuk mengemas naskah mereka dan menyajikannya ke hadapan 4 Duri-duri Angin Tebing pembaca. Kini buku ini mengharapkan Anda menilai dan menfasirkan metafora angin dan yang lain agar iklim literasi menjadi lebih berarti. Selamat Membaca.